Cuban Five oleh Alvi Aldianto
Sejarah Hubungan Diplomatik US - Cuba oleh Alfian Maulana
Barack Obama dan Kebijakannya Terhadap Kuba oleh Budi Riyanto
Krisis Misil Kuba oleh Dwi Ayu Rahmawati
Amerika serikat memutuskan hubungan diplomatik dengan kuba oleh Revlinur Rahmawati
Invasi Teluk Babi oleh Febriyanto Pangestu
Awal
hubungan buruk antara Amerika dan Uni Soviet adalah akibat dari Perang Dingin
yang terjadi. Hubungan antara Amerika dan Kuba kembali memanas pada tahun 1962.
Hal ini dipicu akibat terungkapnya fakta bahwa Amerika Serikat telah
mensponsori sebuah Invasi ke Teluk Babi
milik Kuba, sebuah negara komunis di Laut Karibia. Invasi teluk babi adalah sebuah serangan yang direncanakan dan
didanai Amerika yang bertujuan untuk
menggulingkan pemerintahan Fidel Castro pada 1961. Serangan yang dilakukan oleh
Amerika di Kuba gagal karena pada akhirnya diketahui oleh uni Soviet bahwa
dalang dari invasi tersebut adalah Amerika. Kemudian Uni Soviet sangat marah
dan merespon hal tersebut dengan menempatkan misil nuklir yang di Kuba(Lechuga,
2001). Dampaknya Amerika juga kemudian melakukan blockade pada daerah Perairan Internasional
dan Amerika juga melakukan blockade militer terhadap Kuba. Hal ini akan tetap
terjadi dimana Amerika dan Uni Soviet akan terus mencurigai satu sama lain, dan
akan menimbulkan reaksi apabila salah satu Negara melakukan aksi. Peristiwa ini
menimbulkan ketegangan pada dunia internasional karena di khawatirkan akan
menimbulkan perang nuklir yang sangat besar. Namun sebelum perang nuklir
terjadi, kedua Negara antara Amerika dan Uni Soviet membuat kesepakatan pada 18
oktober 1962 untuk menarik misil nuklir mereka masing-masing. Uni Soviet
menarik nuklir nya dari Kuba dan Amerika menarik nuklir nya dari Turki (Griffiths,
1987).
Dibalik
berakhirnya krisis misil Kuba, Amerika dan Uni Soviet sebelumnya telah melakukan Diplomasi yang terjadi dengan alot
karena kedua belah pihak merasa siap untuk berperang setiap saat dan tidak mau
mengurangi ketengangan masing-masing negara. Kapal-kapal perang Amerika diketahui
telah mengepung Kuba dan melakukan blockade pada hampir seluruh perairan kuba
dan pesawat-pesawat pengebom Amerika
telah mencari posisi di Florida dan bersiap menghadapi serangan udara dari Uni
Soviet. Namun pada akhirnya presiden Khruschev bersedia untuk mengurangi ketegangan antara kedua
Negara dengan melakukan cara-cara yang lebih soft. Karena kebijakan luar negeri
suatu negara ditentukan oleh kemampuan kebijakan luar negeri individu, maka
pera kedua presiden sangat dibutuhkan untuk penyelesaian konflik tersebut(Breuning,
2007: 32). Hal ini dapat dilihat bahwa presiden Khrushschev memiliki preferensi
terhadap aksi ofensif (offensive measures), sementara Kennedy lebih
menyenangi penyelesaian damai melalui diplomasi. Hal ini yang menjadi factor utama
yang membuat kedua Negara setuju untuk melakukan negosiasi karena kedua Negara sadar
bahwa jika terus melanjutkan perang maka akan merugikan Negara masing-masing. Jika
dilihat dari tindakan kedua Negara maka keputusan diambil oleh Amerika dan Uni
Soviet untuk melakukan diplomasi adalah pilihan yang paling rasional untuk
meminimalisir segala kemungkinan yang paling buruk(Lechuga, 2001).
Amerika dan Uni Soviet kebanyakan melakukan diplomasi secara
rahasia, banyak hal yang menjadi pertimbangan dalam proses penyelesaian konflik
tersebut. Jenis diplomasi yang dilakukan oleh Amerika dan Uni Soviet adalah
diplomasi pertahanan, karena kedua Negara mencari jalan keluar agar tidak ada Negara
yang dirugikan. Salah satu yang harus di pertimbangkan oleh kedua Negara dalam
negosiasi adalah Penarikan Misil Nuklir
milik kedua Negara agar ditarik dan dikembalikan ke negaranya masing-masing. Diplomasi
rahasia yang dilakukan adalah salah satunya Robert Kennedy mengadakan pertemuan
rahasia dengan Dubes Uni Soviet, Anatoly Dobryinin. Selanjutnya Kennedy dan
Kruschev bertemu di Yenching Palace Chinese Restaurant di Washington D.C.
Kennedy menyatakan kalau dia menerima keinginan Kruschev, yaitu mencabut
rudalnya di Turki sementara Kruschev mencabut nuklirnya di Kuba.Pertemuan tersebut
menghasilkan perjanjian yang telah disepakati oleh Kennedy dan Kruschev. Isi perjanjian
tersebut adalah:
1) You would agree to remove
these weapons systems from Cuba under appropriate United Nations observation
and supervision; and undertake, with suitable safe-guards, to halt the further
introduction of such weapon systems into Cuba.
2) We, on our part, would
agree—upon the establishment of adequate arrangements through the United
Nations, to ensure the carrying out and continuation of these commitments (a)
to remove promptly the quarantine measures now in effect and (b) to give
assurances against the invasion of Cuba.
Inti perjanjian
tersebut adalah Uni Soviet dan Amerika akan menarik rudal dari Kuba dan Turki pada
18 oktober 1962 di bawah pengawasan Perserikatan Bangsa-Bangsa dengan imbalan
Amerika tidak akan melakukan penyerangan terhadap Kuba dan mencabut semua blockade
yang dilakukan Amerika. Krisis selama 13 hari tersebut kemudian berakhir pada 28
Oktober 1962 yang telah dimulai sejak 14 Oktober 1962.
Referensi
Breuning,
Marijke (2007). Foreign Policy Analysis: A Comparative Introduction. New York.
Griffiths, J.
(1987). The Cuban Missile Crisis. United States of America: Rourke
Enterprises.
Lechuga
Hevia, Carlos (2001). Cuba and the Missile Crisis.
Melbourne, Australia: Ocean Press.
Marfleet,
B. Gregory (2002) The Operational Code of John F. Kennedy during the Cuban
Missile Crisis: A Comparison of Public and Private Rhetoric. Political
Psychology, 21 (3).
Palgrave
MacMillan. Ch.2-3 (Leaders). Hudson, Valerie M. (2014). Foreign Policy
Analysis, Classic and Contemporary Theory, Rowman & Littlefield; Ch.2-3
(pp. 37-102).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar