Senin, 29 Juni 2015

PENGGUNAAN DIPLOMASI DALAM PENYELESAIAN KRISIS MISIL KUBA 1962

Link blog anggota kelompok 2 PGAS kelas D (segera di update)
Cuban Five oleh Alvi Aldianto
Sejarah Hubungan Diplomatik US - Cuba oleh Alfian Maulana
Barack Obama dan Kebijakannya Terhadap Kuba oleh Budi Riyanto
Krisis Misil Kuba oleh Dwi Ayu Rahmawati
Amerika serikat memutuskan hubungan diplomatik dengan kuba oleh Revlinur Rahmawati
Invasi Teluk Babi oleh Febriyanto Pangestu

Awal hubungan buruk antara Amerika dan Uni Soviet adalah akibat dari Perang Dingin yang terjadi. Hubungan antara Amerika dan Kuba kembali memanas pada tahun 1962. Hal ini dipicu akibat terungkapnya fakta bahwa Amerika Serikat telah mensponsori sebuah Invasi ke Teluk Babi milik Kuba, sebuah negara komunis di Laut Karibia. Invasi teluk babi adalah sebuah serangan yang direncanakan dan didanai Amerika yang bertujuan untuk menggulingkan pemerintahan Fidel Castro pada 1961. Serangan yang dilakukan oleh Amerika di Kuba gagal karena pada akhirnya diketahui oleh uni Soviet bahwa dalang dari invasi tersebut adalah Amerika. Kemudian Uni Soviet sangat marah dan merespon hal tersebut dengan menempatkan misil nuklir yang di Kuba(Lechuga, 2001). Dampaknya Amerika juga kemudian melakukan blockade pada daerah Perairan Internasional dan Amerika juga melakukan blockade militer terhadap Kuba. Hal ini akan tetap terjadi dimana Amerika dan Uni Soviet akan terus mencurigai satu sama lain, dan akan menimbulkan reaksi apabila salah satu Negara melakukan aksi. Peristiwa ini menimbulkan ketegangan pada dunia internasional karena di khawatirkan akan menimbulkan perang nuklir yang sangat besar. Namun sebelum perang nuklir terjadi, kedua Negara antara Amerika dan Uni Soviet membuat kesepakatan pada 18 oktober 1962 untuk menarik misil nuklir mereka masing-masing. Uni Soviet menarik nuklir nya dari Kuba dan Amerika menarik nuklir nya dari Turki (Griffiths, 1987).
Dibalik berakhirnya krisis misil Kuba, Amerika dan Uni Soviet sebelumnya telah melakukan Diplomasi yang terjadi dengan alot karena kedua belah pihak merasa siap untuk berperang setiap saat dan tidak mau mengurangi ketengangan masing-masing negara. Kapal-kapal perang Amerika diketahui telah mengepung Kuba dan melakukan blockade pada hampir seluruh perairan kuba dan pesawat-pesawat pengebom  Amerika telah mencari posisi di Florida dan bersiap menghadapi serangan udara dari Uni Soviet. Namun pada akhirnya presiden Khruschev  bersedia untuk mengurangi ketegangan antara kedua Negara dengan melakukan cara-cara yang lebih soft. Karena kebijakan luar negeri suatu negara ditentukan oleh kemampuan kebijakan luar negeri individu, maka pera kedua presiden sangat dibutuhkan untuk penyelesaian konflik tersebut(Breuning, 2007: 32). Hal ini dapat dilihat bahwa presiden Khrushschev memiliki preferensi terhadap aksi ofensif (offensive measures), sementara Kennedy lebih menyenangi penyelesaian damai melalui diplomasi. Hal ini yang menjadi factor utama yang membuat kedua Negara setuju untuk melakukan negosiasi karena kedua Negara sadar bahwa jika terus melanjutkan perang maka akan merugikan Negara masing-masing. Jika dilihat dari tindakan kedua Negara maka keputusan diambil oleh Amerika dan Uni Soviet untuk melakukan diplomasi adalah pilihan yang paling rasional untuk meminimalisir segala kemungkinan yang paling buruk(Lechuga, 2001).
http://cdn-media.viva.id/thumbs2/2008/10/27/57009_basis_rudal_sovyet_di_kuba_663_382.jpg

Amerika dan Uni Soviet kebanyakan melakukan diplomasi secara rahasia, banyak hal yang menjadi pertimbangan dalam proses penyelesaian konflik tersebut. Jenis diplomasi yang dilakukan oleh Amerika dan Uni Soviet adalah diplomasi pertahanan, karena kedua Negara mencari jalan keluar agar tidak ada Negara yang dirugikan. Salah satu yang harus di pertimbangkan oleh kedua Negara dalam negosiasi adalah Penarikan Misil Nuklir milik kedua Negara agar ditarik dan dikembalikan ke negaranya masing-masing. Diplomasi rahasia yang dilakukan adalah salah satunya Robert Kennedy mengadakan pertemuan rahasia dengan Dubes Uni Soviet, Anatoly Dobryinin. Selanjutnya Kennedy dan Kruschev bertemu di Yenching Palace Chinese Restaurant di Washington D.C. Kennedy menyatakan kalau dia menerima keinginan Kruschev, yaitu mencabut rudalnya di Turki sementara Kruschev mencabut nuklirnya di Kuba.Pertemuan tersebut menghasilkan perjanjian yang telah disepakati oleh Kennedy dan Kruschev. Isi perjanjian tersebut adalah:
1) You would agree to remove these weapons systems from Cuba under appropriate United Nations observation and supervision; and undertake, with suitable safe-guards, to halt the further introduction of such weapon systems into Cuba.
2) We, on our part, would agree—upon the establishment of adequate arrangements through the United Nations, to ensure the carrying out and continuation of these commitments (a) to remove promptly the quarantine measures now in effect and (b) to give assurances against the invasion of Cuba.                  
Inti  perjanjian tersebut adalah Uni Soviet dan Amerika akan menarik rudal dari Kuba dan Turki pada 18 oktober 1962 di bawah pengawasan Perserikatan Bangsa-Bangsa dengan imbalan Amerika tidak akan melakukan penyerangan terhadap Kuba dan mencabut semua blockade yang dilakukan Amerika. Krisis selama 13 hari tersebut kemudian berakhir pada 28 Oktober 1962 yang telah dimulai sejak 14 Oktober 1962.






Referensi
Breuning, Marijke (2007). Foreign Policy Analysis: A Comparative Introduction. New York.
Griffiths, J. (1987). The Cuban Missile Crisis. United States of America: Rourke Enterprises.
Lechuga Hevia, Carlos (2001). Cuba and the Missile Crisis. Melbourne, Australia: Ocean Press.
Marfleet, B. Gregory (2002) The Operational Code of John F. Kennedy during the Cuban Missile Crisis: A Comparison of Public and Private Rhetoric. Political Psychology, 21 (3).
Palgrave MacMillan. Ch.2-3 (Leaders). Hudson, Valerie M. (2014). Foreign Policy Analysis, Classic and Contemporary Theory, Rowman & Littlefield; Ch.2-3 (pp. 37-102).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar